Doa Yang Terbaik Ketika Shalat
Bersama Pemateri :
Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
Do’a Yang Terbaik Ketika Shalat merupakan kajian Islam yang disampaikan oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin, Lc. M.M. dalam pembahasan Kitab Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 10 Rajab 1439 H / 28 Maret 2018 M.
Download juga kajian sebelumnya: Hukum Shalawat Dalam Sujud – Kitab Bulughul Maram
Kajian Tentang Do’a Yang Terbaik Ketika Shalat – Kitab Bulughul Maram
Pada kesempatan kali ini saya akan mengangkat hadits yang ada didalam Bulughul Maram, hadits yang ke-308 atau mungkin berbeda paling hitungan tiga sampai lima. Dari Abu Bakar As-Siddiq, nama aslinya adalah Abdullah bin Usman. Beliau adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendapatkan titel As-Siddiq. Karena untuk menerima Islam tidak pernah ragu-ragu sama sekali terutama menerima berita tentang Isra’ Mirajnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau dilahirkan dua tahun setelah peristiwa gajah. Kemudian termasuk sahabat yang pertama kali masuk Islam. Walaupun disana ada Waraqah bin Naufal yang telah menyatakan masuk Islam ketika Rasulullah diangkat menjadi Nabi, belum jadi Rasul. Intinya ini adalah orang-orang awal yang telah mendahului kita didalam Islam seperti Khadijah dari kalangan perempuan, seperti Ali bin Abi Thalib dari kalangan anak-anak dan Abu Bakar serta Waraqah bin Naufal, kemudian disusul Utsman bin Affan dan semacamnya. Mereka termasuk As-Sabiqunal Awwalun.
Beliau juga termasuk teman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum dan setelah hijrah. Sehingga beliau adalah termasuk sahabat yang tidak pernah absen perang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memiliki banyak keutamaan. Makanya ketika Rasulullah ditanya oleh ‘Aisyah:
أي الناس أحب إليك ؟ قال : عائشة . قال : قلت : من الرجال ؟ قال : أبوها
“Siapa orang yang kau cintai?. Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi: ‘Kalau laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar)” (HR. Muslim)
Dan ketika menemani hijrah pun Allah subhanahu wa ta’ala berikan keutamaan. Bagaimana beliau gembira sampai menangis menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk hijrah. Padahal bukan ingin ke mall, bukan wisata, tapi menghadang kematian. Inilah kelebihan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yang tidak dimiliki oleh sahabat-sahabat yang lainnya. Sehingga termasuk mereka yang paling awal, berkumpul berbagai macam kebaikan.
Dengan demikian sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun yang menjadi penggantinya adalah Abu Bakar As Siddiq radhiyallahu ‘anhu. Memegang tampuk kepemimpinan kurang lebih 2 tahun 3 bulan dan tidak sampai 2 tahun setengah yang wafat tepatnya pada tahun Pada tahun ke-13 Hijriah.
وَعَنْ أَبِي بَكْرٍ اَلصِّدِّيقِ رضي الله عنه ( أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلَاتِي . قَالَ قُلْ : ” اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ اَلْغَفُورُ اَلرَّحِيمُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
“Dari Abu Bakar As-Siddiq radhiyallaahu ‘anhu sesungguhnya dia berkata kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam: Ajarkanlah padaku do’a yang aku baca dalam shalatku. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Ucapkanlah: (artinya = Ya Allah sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah diriku sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).`” Muttafaq Alaihi
Ini memberikan suatu isyarat, seorang muslim tidak boleh sepi dari pada belajar. Walaupun umurnya sudah tua seperti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Sehingga didalam Islam, belajar itu tidak mengenal batas waktu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ .
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Pada setiap saat, seorang muslim harus terus belajar. Disini juga seorang dianjurkan belajar kepada yang bener-bener capable. Abu Bakar tidak mendatangi Umar bin Khattab, tidak mengatakan fulan, fulan, tapi kepada inti, kepada sumber dari pada kebenaran. Yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini sejalan dengan firman Allah:
…فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٤٣﴾
“…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” (QS. An-Nahl[16]: 43)
Apa yang ditanyakan oleh Abu Bakar dan apa yang ingin diajarkan kepadanya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Abu Bakar meminta do’a yang paling baik pada saat yang paling terbaik yaitu shalat. Dari sini kita bisa ambil kesimpulan bahwa do’a ini adalah do’a yang sangat bagus dibaca pada waktu shalat, pada saat-saat mustajab. Terutama ketika sujud dan setelah tasyahud ketika hendak salam. Makanya disini diletakkan oleh penulis begitu juga Imam Al-Bukhari, mengesankan bahwa hadits ini dibacanya do’a setelah tasyahud ketika hendak salam. Walaupun Abu Bakar menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan do’a yang mutlak dibaca pada saat shalat. Dari sini juga do’a secara umum. Doa apa saja yang menunjukkan kebaikan dunia akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ اَلْغَفُورُ اَلرَّحِيمُ
“Ya Allah sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah diriku sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Hadits ini atau do’a ini dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Bakar As-Siddiq sehingga hadits ini statusnya adalah Muttafaqun ‘Alaih.
Dari hadits ini, bisa kita ambil beberapa kesimpulan:
Pertama, dianjurkan mencari ilmu walaupun kita sudah usia lanjut. Sehingga pembatasan-pembatasan usia pada saat sekolah, belajar 6 tahun, 12 tahun, ini kurang tepat. Bahkan belajar itu adalah wajib seumur hidup. Kita tidak mengenal belajar hanya 6 tahun, 12 tahun, atau 21 tahun. Bahkan kita mencari ilmu dari mulai kita digendong orang tua kita. Bahkan bukan hanya digendong, saat kita diperut ibu kita, bayi ini sudah mulai belajar. Belajar untuk bergerak, belajar untuk ke atas, ke bawah, makanya posisi janin itu berubah-ubah sampai kita meninggal dunia.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ .
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Ilmu adalah sumber kebaikan. Maka dari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan akan difahamkan masalah agamanya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Oleh karena itu Imam Syafi’i mengatakan:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ
“Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaknya dengan ilmunya, barangsiapa yang menginginkan akhirat hendaknya juga dengan ilmunya, barangsiapa yang menginginkan keduanya hendaknya juga dengan ilmunya.”
Sehingga yang ingin kebaikan dunia dan akhirat, dzahir dan batin, aqidah, akhlak, muamalah, maka hendaknya mencari ilmunya.
Kedua, kita dianjurkan mencari ilmu kepada ahlinya. Karena mencari ilmu untuk pengobatan hati ini tidak jauh seperti kita mencari pengobatan kepada dokter untuk kesehatan jasmani kita. Supaya kita mendapatkan kesembuhan, harus mencari dokter yang profesional. Kemudian setelah itu yang tidak kalah pentingnya adalah resep-resepnya bagus, obatnya asli, dan yang ketiga adalah kita minum secara rutin insyaAllah kita akan mendapatkan kesembuhan. Dokternya adalah ulama profesional, dalil-dalil yang dikasihkan adalah benar, asli tidak palsu, tidak dha’if, kemudian kita amalkan secara rutin, insyaAllah kita akan mendapatkan kesembuhan.
Ketiga, do’a yang diajarkan oleh Rasulullah kepada Abu Bakar ini adalah do’a yang paling baik. Manusia didalam keadaan setiap saatnya selalu dzalim. Terutama terhadap dirinya sendiri. Maka dari itu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحسنةَ تَمْحُهَا، وخَالقِ النَّاسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah kejelekan dengan kebaikan yang menghapusnya dan pergauli manusia dengan etika yang mulia.”(HR. Ahmad)
Sama Allah kita berakhlak dengan takwa. Kepada diri kita, selalu melakukan perbaikan dan perbaikan. Karena tidak ada cara yang terbaik kecuali kita terus melakukan perbaikan dan perbaikan, perubahan-perubahan menuju kepada yang lebih baik. Karena manusia itu selalu dalam kondisi lebih condong turun, lebih senang maksiat.
Jadi, pada hadits ini ada unsur pengakuan terhadap kesalahan. Dan pengakuan terhadap kesalahan dihadapan Allah, sehingga hati kita luluh adalah bagian dari pada ibadah. Kita akui, tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Allah. Inilah yang Allah subhanahu wa ta’ala tegaskan sebagai sifat orang-orang Muttaqin yang disebutkan oleh Allah didalam surat Ali Imran ayat 134 dan 135.
Kita harus bersemangat meminta ampun kepada Allah. Karena kesalahan kepada Allah itu dibangun diatas kemudahan dan kemurahan. Coba kita sambil menyapu membaca istighfar, boleh. Kita sambil tidur-tiduran membaca istighfar, boleh. Dan ini dibuka siang malam dan Rasulullah mengatakan:
إِن الله تَعَالَى يبْسُطُ يدهُ بِاللَّيْلِ ليتُوب مُسيءُ النَّهَارِ، وَيبْسُطُ يَدهُ بالنَّهَارِ ليَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِن مغْرِبِها
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu membentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu siang, dan juga membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu malam. Demikian ini terus menerus sampai terbitnya matahari dari arah barat.” (HR. Muslim)
Makanya kalau ada seorang hamba sampai mati masih punya dosa kebangetan. Kebangetan hambanya. Ibarat ada orang kaya raya mengatakan, “Wahai saudara-saudaraku, silakan masuk ke rumah saya makan minum sekenyangnya, saya buka 24 jam.” Ternyata di luar sana masih ada yang kelaparan. Ini salah siapa? Sementara masyaAllah, kesalahan kita 70 tahun bisa dihapus dengan kebaikan taubat satu hari. Allahuakbar! Kalau taubat kita nasuha dan diterima Allah. Tetapi taubat kita, kebaikan kita sehari tidak akan hapus dengan kesalahan kita 70 tahun. Subhanallah. Apa kita tidak semangat untuk mengejar pengampunan Allah?
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali-Imran[3]: 133)
Coba bayangkan, sekelas Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu meminta diajarkan do’a dan Rasulullah mengajarkan do’a. Hal ini bukan lain kecuali supaya Abu Bakar banyak taubat kepada Allah. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengatakan:
وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali” (HR. Muslim)
Simak pada menit ke – 18:47
Simak dan Download MP3 Kajian Tentang Do’a Yang Terbaik Ketika Shalat – Kitab Bulughul Maram
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45502-doa-yang-terbaik-ketika-shalat/